BAB IV
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA
A. Karakter Pertumbuhan Fisik Remaja
Masa remaja adalah tahapan perkembangan yang pada umumnya dimulai sekitar usia 13 tahun. Awal masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik yang sangat pesat dengan mulai berfungsinya hormon – hormon sekunder. Pada permulaan masa remaja, pertumbuhan fisik yang sudah menyerupai manusia dewasa ini tidak diikuti dengan perkembangan psikis yang sama pesatnya. Masa remaja yang merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak menuju kehidupan orang dewasa tersebut merupakan masa yang sulit dan gejolak sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan, masa pancaroba, dan berbagai sebutan lainnya, yang menggambarkan banyaknya kesulitan yang dialami anak pada masa perubahan tersebut. Secara umum remaja memiliki ciri sebagai berikut :
1. Pertumbuhan fisik yang sangat pesat dan mulai fungsinya hormon sekunder, terutama hormon reproduksi. Pada masa ini remaja tidak mau lagi disebut anak kecil.
2. Fase remaja adalah masa mencari identitas sehingga pada masa ini anak mempunyai pribadi yang sangat labil, baik dalam pemikiran, perasaan, maupun emosionalnya sehingga pada masa ini akan mudah sekali di pengaruhi.
3. Remaja mulai menginginkan kebebasan emosional dari orang tua dan mulai meningkatkan dirinya dengan kehidupan, per group sehingga pada masa ini kehidupan kelompok sebaya menjadi sangat penting, bahkan dikatakan per group adalah “ segala – galanya “ untuk remaja.
4. Adanya berbagai perubahan yang dialami menyebabkan remaja menjadi anak yang emosional, gampang tersinggung, mudah melampiaskan kemarahaannya, malas, murung dan selalu ingin menangis sendiri yang kadang – kadang tanpa sebab yang pasti.
5. Perkembangan penalaran yang pesat menjadikan kelompok remaja menjadi kelompok yang bersifat kritis idealis sehingga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan kelompok ini mudah sekali melakukan protes bila ditemui hal yang tidak sesuai dengan konsep idealismenya.
6. Pada masa ini juga berkembang rasa ingin tahu yang sangat besar sehingga remaja suka sekali menjadi pengelana, mendaki gunung atau menjadi penjelajah dan kegiatan – kegiatan yang lain yang nyerempet bahaya.
7. Mulai berfungsinya hormon sekunder, terutama hormon reproduksi menyebabkan remaja mulai tertarik pada lawan jenis, sebagai tanda fisik mereka, pada masa ini anak juga suka berkhayal.
B. Perubahan Pertubuhan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja meliputi tiga hal yaitu :
1). Percepatan pertumbuhan, 2). Proses pematangan seksual dan 3). Keanekaragaman perubahan proporsi tubuh.
C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja.
Faktor – faktor yang ditengarai dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja dapat berasal dari berbagai sumber :
1. Keluarga
2. Gizi
3. Ganguan emosional
4. Jenis kelamin
5. Status sosial ekonomi
6. Kesehatan
7. Bentuk tubuh
Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu :
a) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Hal yang termasuk dalam internal ini adalah :
1. Sifat jasmani yang diwariskan orang tuanya
2. Kematangan
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak. Hal yang terdapat didalam faktor
eksternal adalah :
1. Kesehatan
2. Makanan
3. Stimulasi lingkungan
D. Pengaruh Prtumbuhan Fisik dan Perilaku
Faktor – faktor internal yang semuanya ikut mempengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan fisik individu.
Akibat pertumbuhan fisik pada remaja, perubahan pada remaja tidak saja nampak pada pertumbuhan tinggi dan berat badan, tetapi juga muncul berbagai macam akibat psikologis yang sering termanifestasi pada perilakunya.
E. Upaya Membuat Pertumbuhan Fisik dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Dalam batas – batas tertentu, percepatan pertumbuhan fisik dapat dibantu dengan berbagai usaha atau stimulasi secara sistematis, antara lain :
1. Menjaga kesehatan badan
2. Memberi makanan yang baik
F. Upaya Untuk Memberi Bantuan
Perilaku kelompok remaja dapat terbentuk didalam sekolah maupun diluar sekolah. Jenis kegiatan kelompok biasanya ditetapkan oleh kelompok yang bersangkutan sehingga selain ada kegiatan yang bernilai positif sering pula ada berbagai kegiatan yang bernilai negatif, terutama apabila kegiatan kelompok remaja ini merupakan kegiatan sebaya yang secara bebas dilakukan dan tidak terawasi oleh orang dewasa.
Implikasi bagi pendidikan adalah perlunya memperhatikan faktor – faktor sebagai berikut :
1. Sarana dan prasarana
2. Waktu istirahat
3. Diadakannya jam – jam olah raga bagi para siswa
G. Perkembangan Emosional Moral
Pelampiasan emosi pada remaja bukan lagi dalam bentuk yang meledak – ledak dan tidak terkendali seperti menangis keras atau bergulung – gulung, tetapi terlihat dalam gerakan tubuhnya yang ekspresif, tidak mau bicara atau melakukan kritik terhadap objek penyebab. Perilaku semacam ini disebabkan oleh mulai adanya pengendalian emosi yang dilakukan remaja.
1. Kematangan Emosi
Kematangan emosi pada remaja diawali dengan mengendalikan emosi, dan biasanya tercapai kematangan emosional pada akhir remaja yang ditandai dengan ciri :
1. Remaja mulai mampu menahan diri, untuk tidak melampiaskan emosinya didepan umum, remaja mulai berusaha mempertimbangkan baik buruknya akibat yang ditimbulkan.
2. Remaja mulai mampu menganalisa situasi dengan kritis, dapat memberikan penilaian terhadap peristiwa atau perlakuan negatif yang diterimanya dengan mempertimbangkan apakah hal itu benar atau tidak.
3. Remaja juga mampu menunjukkan suasana hati yang lebih stabil dan mulai tenang.
2. Perkembangan moral
Pengertian moral dalam kaitannya dengan perkembangan remaja adalah kesadaran remaja untuk mematuhi secara sukarela standar moral sebagai pedoman perlakuannya. Tahap – tahap perkembangan atas hasil interaksi seimbangnya yaitu secara bertahap anak mengadakan internalisasi nilai moral dari orang tuanya dan orang – orang dewasa disekitarnya, ketika anak mulai mampu berfikir abstrak seperti pada remaja anak mulai memahami alasan perbuatan baik dan buruk tersebut dan mampu berbuat moralistik secara mandiri.
Pada akhir masa remaja terdapat lima perubahan yang dapat dilukiskan sebagai berikut :
1. Pandangan moral remaja mulai menjadi abstrak, manifestasi dari ciri – ciri ini adalah perilaku remaja yang suka saling menasehati sesama teman dan kesukaannya pada kata – kata mutiara.
2. Pandangan moral remaja sering terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah.
3. Penilaian moral pada remaja semakin mendasar pada pertimbangan kognitif, yang mendorong remaja mulai menganalisis etika sosial dan mengambil keputusan kritis terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian yang dilakukan remaja menunjukkan perubahan yang bergerak dari sifat yang egosentris menjadi sosiosentris, sehingga remaja senang sekali bila dilibatkan dalam kegiatan memperjuangkan nasib sesama, kesetiakawanan kelompok yang kadang – kadang untuk ini remaja bersedia berkorban fisik.
5. Penilaian moral secara psikis juga berkembang menjadi lebih mendalam yang dapat merupakan sumber emosi dan menimbulkan ketegangan – ketegangan psikologis, sehingga pada akhir masa remaja moral yang dianutnya diharapkan menjadi “ kenyataan hidup “ dan menjadi barang yang berharga dalam hidupnya.
3. Upaya Pengembangan Remaja dalam Proses Pembelajaran
Untuk itu proses pengajaran dan pengelompokan siswa perlu dilakukan pendekatan – pendekatan yang dapat membuat remaja menjadi “ jinak “ sehingga mempermudah remaja belajar dan menyerap materi yang dipersyaratkan. Kondisi tersebut diantaranya adalah :
a) Belajar pada kelompok remaja akan dapat dipermudah bila guru dapat mengupayakan adanya keseimbangan antara pembatasan dan otoritas dengan pemberian kebebasan, yaitu pemeliharaan disiplin yang seimbang dengan pengembangan kreativitas.
b) Belajar dapat dipermudah bila proses belajar mengajar remaja diperlakukan sebagai individu berharga, dimana suaranya didengar oleh guru, pilihannya diperhitungkan dan sebagainya.
c) Belajar akan lebih efektif bila remaja tahu bahwa dirinya dikenal, diakui keberadaannya, diterima oleh kelompok, dan kehadirannya cukup punya “ arti “ bagi lingkungan.
d) Belajar akan memperoleh hasil maksimal bila setiap guru dapat memahami keberadaan remaja dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki sehingga remaja merasa
“ aman “ dalam proses pembelajaran di kelas.
e) Pengembangan self confidence sangat membantu motivasi siswa dalam belajar. Suasana belajar akan lebih bersemangat bila angka – angka untuk penentuan posisi remaja dalam kelompok diminimalkan.
BAB V
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA
B. Tugas – tugas Perkembangan Remaja
1. Pengertian Tugas Perkembangan
Tugas – tugas perkembangan ( development tasks ) yakni tugas – tugas kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesuatu dengan tahap perkembangan individu itu sendiri.
2. Jenis – jenis Tugas Perkembangan Remaja
Tugas – tugas perkembangan remaja, menurut Havighurt ada beberapa yaitu :
1. Menyesuaikan diri dengan perubahan psiologi – psiologi.
2. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki – laki mau pun wanita.
3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.
4. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab untuk dapat mewujudkan tugas ini, umumnya remaja berusaha mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal mau pun nonformal agar memiliki taraf ilmu pengetahuan / keahlian profesionalnya.
5. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis.
C. Perkembangan Psikososial
1. Perkembangan Identitas Diri
Setiap individu pada dasarnya diharapkan pada suatu krisis. Itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk dapat dilaluinya dengan baik. Yang dimaksud dengan krisis ( crisis ) yaitu suatu masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilalui setiap individu, termasuk remaja. Individu dapat gagal dalam menghadapi suatu krisis cenderung akan memiliki kebingungan identitas ( identity diffusion ). Orang yang memiliki kebingungan ini ditandai dengan adanya perasaan yang tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya diri akibatnya ia pesimis menghadapi masa depannya.
2. Karakteristik Individu yang Memiliki Identitas Diri
Ciri – ciri individu yang memiliki identitas diri yakni individu tersebut memiliki karakteristik seperti : a). konsep diri ( self-concept ), b). self-evaluation ( evaluasi diri ), c). harga diri
( self esteem ), d) self-eficacy, e). self-confidence ( percaya diri ), f). tanggung jawab ( responsibility ), g). komitmen pribadi ( commitment ), h). ketekunan ( endurance ), dan i). kemandirian
( independence ).
3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Status Identitas
Secara prinsip, orang tua yang memiliki ciri seperti : memiliki pola asuh demokratis, komunikatif, empatif, proposial, generative, penuh penerimaan, terbuka atas kritik, bertanggung jawab, memiliki percaya diri, harga diri, memilih dasar filosofi, misi dan visi yang jelas dalam hidup berkeluarga, akan membantu perkembangan anak untuk mencapai identitas diri dengan baik.
BAB VI
ASPEK – ASPEK PERKEMBANGAN, PERILAKU DAN PRIBADI
A. Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik dan mencakup aspek – aspek anotomis dan fisiologis.
a) Perkembangan anotomis
b) Tulang – tulang pada masa bayi berjumlah 27 yang masih lentur, berpori dan persambungannya longgar, pada awal masa remaja menjadi 350 ( proses diferensial fungsi ) dan pada usia menjelas dewasa menjadi 200 integrasi, persenyawaan dan penggesekan.
c) Berat dan tinggi badan pada waktu lahir umumnya sekitar 3 – 4 kg dan 0 – 60 cm, masa kanak – kanak sekitar 12 – 19 dan 90 – 120 cm, pada awal masa remaja sekitar 30 – 40 kg dan 140 – 160 cm, selanjutnya kepesatan perubahan berkurang bahkan menjadi mapan.
d) Proporsi tinggi kepala dan badan pada masa bayi dan kanak – kanak sekitar 1:4 menjelang masa dewasa menjadi 1:8 atau 10.
e) Perkembangan fisiologi
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan – perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem – sistem kerja hayati sepertikonsentrasi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjar dan perencanaan.
f) Otot sebagai pengontrol motorik, proporsi botolnya 1-5 pada masa bayi dan kanak – kanak, menjadi 1:3 pada masa remaja kemudian menjadi 2:3 pada usia menjelang dewasa.
g) Frekuensi denyut jantung pada masa bayi sekitar 140 per menit dengan meningkatnya usia dapat berkurang sampai 62 – 63 meskipun normalnya pada orang dewasa sekitar 72.
h) Persentase tingkat kesempurnaan perkembangan secara fungsional, dari cortex ( bagian otak ) sebagai pusat susunan saraf yang mempunyai fungsi pengontrol kegiatan oragnisme, infagnatural ( pengontrol reflex ) mencapai 80%, granular ( pengontrol penginderaan ) mencapai 75%, supraganular ( erat hubungannya dengan intelegensi ) 50%.
i) Keaktifan dan tingkat kematangan sekresi tubuh.
j) Proses dan jalannya perkembangan fisik.
2. Perkembangan Perilaku Psikomotor
Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system ( persyarafan dan otot ) dan fungsi psikis ( kognitif, efektif dan konatif ).
Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah : 1). Bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, 2). Dari yang kasar dan global ( gross bodily movements ) kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasi ( finely coordinated movements ).
B. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif
1. Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa lah yang membedakan manusia dengan hewan.
Dengan bahasanya manusia :
a) Mengkodifinasikan, mencatat dan menyimpan berbagai hasil pengalaman pengamatan
( observasi )–nya berupa kesan dan tanggapan ( persepsi ), informasi, fakta dan data, konsep atau pengertian ( concept and ideas )
b) Mentranformasikan dan mengelola berbagai bentuk informasi tersebut diatas melalui proses berfikir dan dengan menggunakan kaidah – kaidah logika.
c) Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita – cita, sikap, penilaian, dan penghayatan.
d) Mengkomunikasikan ( menyimpan dan menerima ) berbagai informasi, buah fikiran, opini, sikap, penilaian, aspirasi, kehendak, dan rencana kepada orang lain.
2. Perkembangan Perilaku dan Fungsi – fungsi Kognitif
Perkembangan fungsi – fungsi dan perilaku kognitif itu menurut Loree ( 1970;77) dapat dideskripsikan dengan dua cara ialah secara kualitatif dan kuantitatif.
a. Perkembangan fungsi – fungsi kognitif
Deskripsi perkembangan fungsi – fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes intelegensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ke tingkatan usia tertentu ( 3 – 5 tahun sampai usia 30-50 tahun, misalnya ) secara test retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial ( standford revision binet test ).
b. Perkembangan Perilaku Kognitif Secara Kualitatif
Piaget memperoleh proses perkembangan fungsi – fungsi dan perilaku kognitif itu kedalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan menunjukan karakteristik yang berbeda – beda.
BAB VII
DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU
A. Interaksi Individu Dengan Lingkungan
Salah satu ciri yang esensial dari individu ialah bahwa ia selalu melakukan kegiatan atau berperilaku. Lingkungan manusia dan bukan manusia secara garis besar ada dua kecenderungan interaksi individu dengan lingkungan yaitu : a). individu menerima lingkungan dan b). individu menolak lingkungan. Sesuatu yang datang dari lingkungan mungkin diterima oleh individu sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau menguntungkan akan diterima oleh individu, tetapi yang tidak menyenangkan atau merugikan akan ditolak atau dihindari.
B. Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaan atau saling mendekati diri. Begitu penyesuaian dari otoplastis yang paling elementer adalah peniruan atau imitasi. Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan mungkin juga terjadi secara serempak proses pengubahan diri dan pengubahan lingkungan. Pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri yang sangat kompleks. Melalui proses pemecahan masalah ini sesungguhnya manusia maju atau berkembang. Yang dikembangkan bukan lah hal – hal yang ada dalam dirinya, kecakapan – kecakapannya juga hal – hal yang ada diluar dirinya, lingkungannya.
C. Penolakan
Terhadap hal – hal yang tidak disenangi, tidak dibutuhkan atau bersifat ancaman individu akan melakukan usaha – usaha penolakan. Bentuk perbuatan menentang atau melawan ini bermacam – macam dari penggerutu, mencela atau mencaci maki, memarahi, atau sampai merusak dan menghancurkan.
D. Motivasi
Tujuan dan faktor pendorong ini mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang konkret atau pun abstrak. Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motiasi yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Motivasi terbentuk oleh tenaga – tenaga yang bersumber dari dalam atau luar diri individu. Terhadap tenaga – tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti : desakan atau drive, motiv atau motive, kebutuhan atau need atau keinginan atau wish.motiv atau kotive adalah dorongan yang terarah kepada penemuan kebutuhan psikis atau rohaniah. Proses motivasi ini meliputi tiga langkah yaitu :
1. Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga – tenaga pendorong ( desakan, motif, kebutuhan dan keinginan ) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tention.
2. Berlangsungnya kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3. Pencapaian tujuan dan berkurangnya atau hilangnya ketegangan.
Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu : pertama mengarahkan atau direction function dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan atau activating and energizing function.
Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam yaitu :
1. Motivasi takut
2. Motivasi insentif
3. Sikap atau attitude motivation atau self motivation
Abraham Maslow, dijelaskan oleh Herbert L Petri ( 1981 h. 301-313 ) membagi keseluruhan motif yang mendorong perbuatan individu, atas lima kategori yang membentuk suatu hirarki atau tangga atau motif dari yang terendah ke yang tertinggi,
yaitu :
1. Motif fisiologis
2. Motif pengamanan
3. Motif persaudaraan dan kasih saying
4. Motif harga diri
5. Motif aktualisasi diri
BAB VIII
KEHIDUPAN REMAJA DALAM KELOMPOK SOSIALNYA
A. Mengenal dan Memahami Problem – problem Remaja
Remaja sering kali dianggap sebagai kelompok yang “ aneh “ karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah – kaidah dan nilai – nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah – kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian remaja juga merupakan kepribadian transisi dengan berbagai ciri utama sebagai berikut :
1. Perkembangan fisik yang pesat sehingga perbedaan ciri fisik antara laki – laki dan wanita semakin tegas.
2. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa untuk memperoleh pengakuan bahwa mereka sudah termasuk kelompok dewasa.
3. Memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan orang dewasa walaupun secara relative, tanggung jawab yang ada pada mereka masih belum mantap.
4. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri baik secara sosial, ekonomis maupun biologis dan psikis, dengan mengutamakan kebebasan emosional dari pihak orang dewasa.
5. Adanya perkembangan intelektualitas yang akan digunakan untuk mendapatkan identitas diri.
6. Menginginkan system, kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan dan keinginannya, yang sering kali tidak seiring dengan kaidah yang dianut oleh orang dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan yang bersifat persuasive dari orang tua, lebih dipergunakan dan lebih efektif dibanding penekanan yang sering kali menjadi penyebab konflik berkepanjangan antara remaja dengan orang tua.
1. Problem dalam kehidupan sosial remaja
Secara umum kehidupan sosial yang sangat berarti pada kehidupan kelompok remaja adalah hubungan dengan per group, hal ini tidak berarti bahwa lingkungan sosial yang lain dapat diabaikan begitu saja, karena kelompok remaja juga selalu berada dalam konteks masyarakat yang luas dan kompleks, sehingga pembahasan anak di fokuskan pada hubungan remaja dengan lingkungan sosialnya, hubungan dengan orang tua, guru serta hubungan dengan rekan sesama remaja.
2. Remaja dan Lingkungan Sosialnya
Perkembangan kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus. Sebaliknya, lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat pula menimbulkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya pendidik diharapkan dapat mengatasi berbagai kesulitan remaja sehingga perkembangan kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik.
3. Hubungan Remaja Dengan Orang Tua
Masalah – masalah yang dihadapi remaja dengan orang tuanya sering kali disebabkan oleh hambatan komunikasi yang terjadi antara kedua pihak. Anak lebih muda menerima bimbingan dengan contoh konkrit dan bukan sekedar informal.
1. Hubungan remaja dengan sekolah dan guru.
2. Stabilitas Emosi
3. Kematangan Seksual
4. Idealisme dari cita – cita
B. Perilaku Menyimpang Pada Remaja
1. Pengertian Perilaku Menyimpang Atau Kenakalan Remaja
Kenakalan menunjukkan bahwa perilaku yang berupa penyimpangan atau langgaran terhadap hukum yang belum bisa dikenal hukum pidana sesuai dengan usianya. Perilaku penyimpangan pada remaja pada umumnya merupakan “ kegagalan sistem control diri “ terhadap implus – implus yang kuat dan dorongan – dorongan instrigtif. Impus – impus yang kuat dan dorongan – dorongan instrigtif.
2. Perbedaan Struktur Intelektual
Pada umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang mempunyai intelegensi yang berbeda dengan intelegensi rata – rata anak –anak yang normal. Yaitu nampak adanya perbedaan fungsi – fungsi kognitif pada mereka.
3. Perbedaan Fisik dan Psikis
4. Perbedaan Ciri Karakteristik Individu
5. Bentuk – bentuk Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1. Delikuensi Individu
2. Delikuensi Situasional
3. Delikuensi Sistematik
4. Delikuensi Komulatif
BAB IX
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH
( USIA REMAJA )
A. Karakteristik Aspek – aspek Perkembangan Remaja
Untuk memahami lebih lanjut tentang remaja, pada uraian berikut dipaparkan mengenai karakteristik aspek – aspek perkembangannya.
1. Aspek Fisik
2. Aspek Intelektual ( Kognitif )
3. Aspek Emosi
4. Aspek Sosial
5. Aspek Kepribadian
6. Kesadaran Beragama
a. Masa Remaja Awal ( Usia 13-16 Tahun )
b. Masa Remaja Akhir ( 17-21 Tahun )
B. Tugas – tugas Perkembangan Remaja
1. Kematangan Fisik
2. Tuntutan masyarakat secara cultural
3. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita siswa itu sendiri
4. Tuntutan Norma Agama
C. Problematika Remaja
Masalah – masalah itu terjadi tidak lepas dari pengaruh iklim lingkungan yang tidak kondusif, seperti : ketidak stabilan kehidupan sosial politik, ekonomi, dan keamanan; tidak keharmonisan kehidupan dalam keluarga ( perceraian orang tua kurang memberikan curahan kasih saying kepada anak ) maraknya penjualan VCD porno, minuman keras dan napza; banyaknya tayangan televisi yang kurang memperhatikan norma agama, dan pelecehan terhadap norma agama, baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat.
Sebagai berikut :
a. Masalah pribadi
b. Masalah Sosial
c. Masalah Belajar
d. Masalah Karier
DAFTAR PUSTAKA
Cenger, J.J ( 1975 ) Contemporay Issues Individu Andolescent Development, N.Y.
Harper and Row, Part : 1,2 and 10.
Crounbach L.J ( 1963 ) Educational Psychology Psychology, N.Y : Harcourt Brace and
World, Chapter : 4,5,7,10 and 18
Croen, L.D and Crown, a ( 1956 ) Human Development and Learning, Chapter : 3,4,5.
Frandsen, A.N. ( 1991 ) How Children Learn : An Aducational Psychology,N. Y :
McGraw Hill, Chapter 3.
Garry, R and Kingsley, H.L ( 1970 ), The Nature and Conditions of Learning, N.J :
Prencice hall, chapter : 10,11,12,14 and 16.
Witherington, H. C ( 1952 ) Educational Psychology, Boston Ginn and Co, Chapter : 5.
Akyas Azhari, 2004. Psikologi Umum Dan Perkembangan, Mizan Publika. Jakarta.
Andi Mappiare, 1998, Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Surabaya.
Ending Poerwanti, 2002. Perkembangan Peserta Didik, UMM Malang.
Hendriaty Agustian, 2006. Psikologi Perkembangan. Aditima. Bandung.
Oemar Hamalik, 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Winkel. WS 1987. Psikologi Pengajaran, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar